31 Maret 2023

IKM MONES NTB: Melawan Hegemoni Lewat Sabun Cuci Piring

UKM Bersatu, tak bisa dikalahkan. Jargon ala pergerakan mahasiswa ini menjadi pengantar menarik yang mengawali kegiatan bincang-bincang IKM bersama pemilik IKM Sabun Cuci Piring “MONES” di bilangan Pagutan Mataram. Mengusung konsep industri kecil, usaha yang berdiri pertengahan tahun 2019 berinisasi memproduksi sabun cuci piring lokal dengan merek “MONES”. “Sampai dengan saat ini, telah ada 2.500 outlet kami yang tersebar di 5 Kecamatan di Lombok Timur, meliputi Kecamatan Masbagik, Selong, Sukamulia, Sakra dan Pancor. Saat ini kita hanya fokus di Lombok Timur. Setelah di Lotim kuat, baru kita perluas ke kabupaten/kota yang lain.” Ungkap Muhammad Hafiz selaku Founder dan CEO PT Graf Monesindo Persada yang merupakan produsen sabun cuci piring Mones.

Dalam perkembangannya, sampai dengan saat ini, IKM Sabun Cuci Piring “MONES” bisa memproduksi sampai dengan 6.000 (enam ribu) bungkus perhari. Dengan tenaga kerja 11 orang, pemasarannya telah menjangkau ke seluruh pelosok Lombok. “Kami mencoba mengisi celah pasar untuk produk sabun cuci piring yang lebih dulu eksis dan lebih punya nama, dengan brand lokal, dengan harga yang lebih murah, dan sejauh ini masyarakat bisa menerima dengan baik brand kami”, demikian tambah beliau ketika menjelaskan mengapa harus memilih berkompetisi dalam pasar sabun cuci piring di NTB.

Berdiri pertengahan tahun 2019, dengan izin usaha PT. Grafika Monesindo Persada, IKM Sabun Cuci Piring “MONES” telah berkembang pesat dengan menggunakan peralatan pembuat sabun buatan lokal yang diinisiasi oleh SMK 2 Kuripan – Lombok Barat. Walaupun masih mendatangkan bahan baku dari Pulau Jawa, namun seluruh proses produksi dan mesin-mesin produksi dikerjakan oleh tenaga-tenaga lokal NTB. “Kami percaya bahwa visi industrialisasi yang digagas Gubernur Provinsi NTB sangat mungkin untuk dilaksanakan. Kami membuktikan bahwa sabun cuci piring yang selama ini didominasi oleh pabrik-pabrik besar dari luar NTB ternyata bisa kami buat dengan peralatan sederhana dan diproduksi dari dalam NTB sendiri”, demikian penuturan pendiri IKM Mones ketika menyikapi isu strategis industrialisasi yang saat ini sedang menjadi salah satu roh pembangunan di daerah NTB.

“Koperasi adalah soko guru ekonomi Indonesia, tentunya basis koperasi adalah usaha kecil dan menengah, selama memiliki kesamaan visi dan tujuan, maka itu pasti bisa dilaksanakan”, ujar Muhamad F. Hafidz yang pernah menjadi salah satu wartawan senior Lombok Post ini. Tentunya peran Pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadi salah satu inisiasi penting yang harus dijalin. IKM Mones pernah mencoba menjalin kerjasama dengan Balai Kemasan Produk Daerah (BKPD) yang merupakan salah satu UPT Dinas Perindustrian Provinsi NTB dalam hal pengemasan produk IKM Sabun Cuci Piring, namun pada waktu itu masih belum dapat dilakukan dikarenakan kemampuan BKPD pada waktu itu yang masih terbatas dalam proses pengemasan produk. Ke depannya, diharapkan inisiasi tersebut akan kembali dijalin sehingga sinergi antara IKM dan Pemerintah dapat lebih bisa dibangun. Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah untuk Dinas Perindustrian Provinsi NTB dalam hal peningkatan kualitas pelayanan kemasan produk IKM NTB sehingga dapat meningkatkan daya saing produk IKM dan memberikan kontribusi dalam fungsi UPTD sebagai salah satu sumber PAD Provinsi NTB.

Salah satu keunggulan komparatif IKM Sabun Cuci Piring “Mones” adalah menggunakan tambahan bahan ekstrak buah Sowot. Buah Sowot telah dikenal sejak jaman dulu dan pernah menjadi sabun tradisional masyarakat Lombok sebagai salah satu bahan untuk mencuci pakaian dan peralatan pecah belah lainnya. Sayangnya, buah yang biasa tumbuh di tempat berair dan di pelataran masjid ini sudah jarang ditemukan di NTB, sehingga harus didatangkan dari Jawa. Seandainya buah ini ada di NTB, tentunya bisa menurunkan biaya produksi dan meningkatkan kuantitas produksi untuk melayani permintaan pasar sabun cuci piring lokal yang semakin hari semakin bertambah.

Walaupun bahan baku pembuatan sabun cuci piring IKM “Mones” masih didatangkan dari luar NTB, namun mesin-mesin produksi merupakan buatan lokal. “Saat ini kami masih mencoba membuat mesin dengan 6 nozzle yang sedang diinisiasi oleh SMKN 2 Kuripan. Teman-teman SMK kita bisa membuatnya, namun masih menggunakan sistem manual, belum menggunakan mekanisme hidrolik yang otomatis. Jika bisa dibuat, maka jelas itu akan mempercepat kerja kami dalam memproduksi”, demikian tutur M. F. Hafidz yang pernah menjadi salah satu wartawan Lombok Post ini. Hal ini tentunya merupakan peluang yang harus digagas oleh para pengambil kebijakan sebagai bagian dari inovasi teknologi di tataran SMK, sehingga nantinya lulusan SMK dapat bekerja menjadi IKM permesinan yang mampu memproduksi kebutuhan mesin-mesin IKM di lokal NTB.   

“Dalam setiap kemasannya, kami memasukkan slogan DARI LOMBOK UNTUK NEGERI”, ujar pria ramping berkacamata ini. Slogan ini merupakan semangat yang ingin dibangun oleh para pelaku usaha Sabun Cuci Piring “MONES” ini untuk menunjukkan bahwa produk lokal NTB bisa bersaing dengan produk luar NTB. “Kita dari pulau kecil, pulau terpencil, tapi kami ingin memberikan sumbangsih untuk negara, percuma bicara cinta NKRI, tapi uangnya lari ke Inggris”, demikian tutur Direktur IKM Sabun Cuci Piring Mones, kalimat satire ini menjadi penutup diskusi dengan kawan-kawan dari IKM “Mones” sore itu. saat itu.

Bincang-bincang dengan pelaku usaha sabun cuci piring IKM “Mones” yang dalam Bahasa Sasak artinya “bersih” ini seharusnya memberikan perspektif baru dalam melihat potensi produk IKM dengan brand lokal sebagai usaha untuk membangun konsep dasar industrialisasi di Provinsi NTB. Intervensi Pemerintah dalam hal kebutuhan permesinan, selain distribusi pemasaran dan kelembagaan formal IKM serta isu strategis lainnya seharusnya bisa teridentifikasi untuk menjadi rumusan kebijakan dalam proses perencanaan Pemerintah dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing produk IKM lokal NTB.

Bincang-bincang IKM yang diinisiasi oleh salah satu Pejabat Fungsional Penyuluh Perindustrian Dinas Perindustrian Provinsi NTB, Dra. Hafsah ini, merupakan salah satu upaya Dinas Perindustrian Provinsi NTB untuk memetakan secara langsung identifikasi kebutuhan para pelaku usaha IKM di berbagai sektor untuk menjalin inisiasi kemitraan yang lebih intens dengan Pemerintah, dan menjadi bahan bagi para pengambil kebijakan di semua lini untuk lebih menseriusi rancangan program dan kegiatan sektor perindustrian, sehingga tagline MARI CINTAI  BELI DAN BERDAYAKAN PRODUK LOKAL NTB tidak hanya menjadi sekedar jargon kosong yang beredar di dunia maya tanpa ada aksi yang nyata untuk mewujudkannya. Semoga.

Penulis: Dedy Rahmat (Anggota PPID/Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Dinas Perindustrian NTB) 

Editor: Azkia Rostiani Rahman.